“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Mengandung 5 anak dan lahir secara normal bukanlah hal yang mudah bagi perempuan.
Ya,,aku adalah anak keempat dari 5 bersaudara, dan kelimanya adalah putri semua. Jika boleh memilih aku akan memilih tinggal di syurga bersama-Nya dan tidak merasakan hiruk pikuk di dunia yang semuanya adalah perhiasan tabu. Beberapa kenangan masih berbekas di sini..di ingatanku,,Kaos Kaki,,yah beberapa tahun silam tepatnya 14 tahun silam ibu selalu menyiapkan seragam sekolahku, terutama kaos kaki yang selalu aku taruh di sembarang tempat. Setiap pagi setengah jam sebelum aku berangkat ibu selalu mencari kaos kaki di seluruh pojok ruangan dan pasti ketemu, namun ibu tidak mengeluh, itu aku lakukan selama 3 tahun. Aku berhenti dengan kebiasaan itu karena adik saat itu sudah masuk kelas 1 SD, dan aku harus menghilangkan rasa manja dan malas ku. Aku baru menyadari hal ini setelah beberapa hari yang lalu aku melihat si Arif (tetangga kost) merengek minta kaos kaki dan ternyata si Ibu tidak mengijinkan untuk membeli kaos kaki baru, pikirku ada kaos kaki yang bagus yang masih bisa di pakai. Namun apa yang terjadi? setiap pagi aku melihat si Arif harus mencuci kaos kakinya itu tiap 2 hari sekali agar bisa di pakai kembali, terlihat juga ada beberapa lubang besar di kaos kaki si Arif itu. Bagi anak seusia 8 tahun mencuci kaos kaki sendiri bukanlah hal yang mudah. Kebiasaan ini aku lihat setiap aku berangkat kerja, dan saat itu juga memoriku berputar kembali ke 14 tahun lalu, di bandingkan aku yang dulu saat seusia Arif aku termasuk anak yang sangat manja. Arif sangat kuat, dia tidak pernah memaksa untuk beli kaos kaki baru ke ibunya bahkan meyuruh ibunya untuk mencucikan kaos kakinya itu.
Saat itu aku tertunduk malu dan seketika menitikkan air mata, aku buka ponselku dan aku ketik kontak "Mami" belum sampai beberapa detik ibu langsung mengangkat telfonku dan mengucap sesuatu dengan senyum ramahnya "Iya Nduk,,ono opo?awakmu sehat?" (Iya Nak, ada apa?kamu sehat?) tanya ibu..
Sambil dengan nada serak langsung aku sampaikan "Ibuk, maaf telat nggeh,,selamat ulang tahun" (Ibu, maaf ya terlambat, selamat ulang tahun ibu). Aku memang tidak bisa romantis, ulang tahun 4 hari yang lalu baru aku sampaikan sekarang. Kerinduan ini membuncah dan lama kita mengobrol di telfon. Lagi - lagi aku harus meluangkan waktu ku untuk pulang ke kampung halaman, kota Reog tercinta. Ponorogo. Ibu, tunggu aku. Aku rindu engkau dan kaos kaki itu.